Bengkulu, rakyatpembaruan.com —
Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) terus memperkuat komitmennya dalam pelestarian ekosistem pesisir melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Salah satu bentuk komitmen tersebut diwujudkan melalui dukungan kepada Rifi Zulhendri atau Atuk, pegiat lingkungan di Bengkulu yang selama ini secara konsisten menjaga kelestarian mangrove. Kolaborasi ini merupakan bagian dari upaya Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel dalam mendorong konservasi sekaligus memberdayakan masyarakat pesisir secara berkelanjutan.
Melalui program TJSL, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel memberikan bantuan bibit, peralatan, serta pelatihan pembibitan mangrove guna memperluas dampak konservasi yang telah dirintis Atuk. Dukungan ini juga membuka akses kampanye pelestarian ke lebih banyak kelompok masyarakat, termasuk pelajar, komunitas lingkungan, hingga mahasiswa pecinta alam dari berbagai perguruan tinggi.
“Dukungan kami tidak hanya pada aspek lingkungan, tetapi juga pemberdayaan masyarakat. Melalui kegiatan pembibitan dan penanaman mangrove, kami ingin masyarakat merasakan manfaat ekonomi sekaligus menjaga ekosistem pesisir,” ujar Rusminto Wahyudi, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel.

Hingga kini, sebanyak 2.025 bibit mangrove jenis Rhizophora mucronata telah ditanam di Pantai Mangrove Pulau Baai, Bengkulu. Secara estimasi, penanaman ini mampu menyerap hingga 750 ton CO₂ dalam lima tahun serta memperkuat perlindungan pesisir dari risiko abrasi dan gelombang tinggi.
Selain aspek lingkungan, program ini mendorong terciptanya nilai ekonomi bagi masyarakat. Melalui kegiatan pembibitan mangrove, warga dapat memperoleh tambahan penghasilan, setiap bibit dihargai Rp1.000 dan mampu menghasilkan sekitar 100 polibag per hari. Pemberdayaan ini mendorong masyarakat untuk terlibat aktif, sekaligus memperkuat kemandirian ekonomi berbasis konservasi.
Atuk, sebagai mitra binaan program, menuturkan bahwa kegiatan ini membawa perubahan besar bagi masyarakat.
“Harapan kami sederhana, pesisir tetap hijau, laut tetap lestari, dan masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Melalui dukungan Pertamina, kegiatan mangrove ini semakin berkembang dan semakin banyak warga yang terlibat,” ungkap Atuk.
Salah satu warga, Rivai, ikut merasakan manfaat program pemberdayaan tersebut.
“Dulu saya hanya nelayan biasa. Sekarang saya bisa membuat bibit mangrove dan mendapat tambahan penghasilan. Ini sangat membantu keluarga, sambil tetap menjaga laut kami,” ujar Rivai.
Demi memperluas jangkauan manfaat, Atuk juga mendirikan Yayasan Kumala Raflesia Lestari sebagai pusat edukasi dan konservasi mangrove. Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel mendukung yayasan ini sebagai mitra kolaboratif untuk mengimplementasikan program pemberdayaan pesisir secara menyeluruh.
Kolaborasi Pertamina dengan masyarakat pesisir Bengkulu ini selaras dengan pencapaian _Sustainable Development Goals_ (SDGs), khususnya Tujuan 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dan Tujuan 14 (Ekosistem Lautan). Program ini menjadi bukti bahwa pendekatan pemberdayaan yang tepat mampu menghadirkan manfaat lingkungan sekaligus manfaat ekonomi bagi masyarakat.
(Adi/Rp)